
Alhamdulillah, Ramadan telah tiba. Sudah masuk hari ke-4 bahkan, Guys! Dan seperti biasa, perjumpaan membahagiakan dengan si Ramadan selalu diiringi dengan naiknya harga berbagai bahan kebutuhan pokok, seperti telur, sayuran, bumbu-bumbu. Yahhh…. you know this so well lah, yaaa….
Yup, orang Indonesia tidak pernah bisa lepas dari yang namanya budaya makan π Budaya makan di Indonesia ini, mau enggak mau, suka enggak suka, memang telah menjadi tradisi peninggalan nenek moyang kita. Kamu enggak percaya? Coba perhatikan, Lebaran pasti heboh dengan opor ayam, rendang, gulai, dan aneka makanan bersantan dan berbumbu rempah yang menggugah selera. Satu bulan menuju Ramadan, tepatnya di bulan Sya’ban, di pulau Jawa terdapat tradisi yang dinamakan Ruwahan. Ruwahan alias nyekar, adalah aktivitas berziarah ke makam keluarga besar dan nenek moyang kita. Apakah hanya berziarah saja? Ohh, tentu tidak.
Nyekar di Jawa merupakan sarana berkumpul seluruh keluarga besar. Bahkan keluarga besar yang jauh pun kadang ikut datang di acara kumpul keluarga ini. Justru saat Lebaran tak semuanya dapat datang berkumpul karena kesibukan memiliki acara keluarga masing-masing. Nah, momen Ruwahan ini juga tak dapat dipisahkan dari yang namanya makanan π Untungnya, saya tipikal orang yang biasa aja dengan aktivitas makan memakan ini hehehhee… Maklum, perut tak seberapa kuat untuk makan banyak, jadi ya sama aja. Mau banyak makanan ataupun tidak, teteuppp aja perutnya cuma muat segitu aja π
Seiring dengan tibanya bulan Ramadan, di sekitar rumah sudah berjejer banyakkkkk penjual aneka minuman dan makanan untuk berbuka. Es campur, kolak, es teler, bubur sum-sum, es cincau, sampai ke minuman khas daerah lain, macam es pisang ijo dan es palu butung dari Sulawesi ada semua di sini. Duhhh…. pantessss aja banyak orang yang ngakunya puasa sebulan penuh, tapi nyatanya tambah gendats, yak! Padahal harusnya faktanya kan tidak demikian, ya π
Dulunya, saya juga termasuk salah satu penggemar aneka minuman warna-warni dan bersantan ketika tiba waktunya berbuka. Meskipun selalu mengawali dengan minuman hangat, setelah salat magrib biasanya mulai minum atau makan aneka jajanan tadi, semacam kolak, es campur, dll. Beruntungnya, badan teteupp segini aja. Berat justru cenderung turun saat bulan puasa, karena memang makannya pun sangat berkurang.
Sejak satu tahun yang lalu, sepulang umroh, Alhamdulillah, pola berbuka saya sedikit mengalami perubahan. Iya, saya mulai mengenal dan bersahabat baik dengan yang namanya buah kurma π Deuhhh… ngapain aja baru bersahabat sekarang, emang dari dulu ke mana aja ya? kwkwkwk
Manfaat Kurma
Begitulah manusia, termasuk saya. Kalau belum dapat hidayah, meskipun itu hanya hidayah tentang sebiji kurma, meskipun sudah sering baca manfaatnya, tetap enggak tertarik untuk mengonsumsi jangka panjang. Nah, ceritanya, sejak saya mengenal yang namanya kurma jenis Sukari di Madinah, mulailah saya suka dengan buah ini. Dagingnya lembut, rasa manisnya juga enggak eneg. Padahal yang biasa saya temui di toko-toko dekat rumah belum mampu membuat saya betah mengonsumsinya.
Ketertarikan saya berbuka puasa dengan kurma juga semakin termotivasi setelah mendengar obrolan teman-teman di Geng Salihah Menulis tentang manfaaat berbuka dengan kurma, terutama yang direndam dengan air minum selama semalaman (8-12 jam). Setelah membaca banyak referensi, baru paham bahwa Rasulullah Saw juga menyukai minuman sirup rendaman buah (nabidz/naqi’), atau bahasa kerennya infused water. Selain airnya dapat diminum, buahnya pun menjadi lebih lembut dan lembek, sehingga enak untuk dimakan.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Aisyah r.a, βKami biasa membuat perasan untuk Rasulullah Saw di dalam air minum yang bertali di atasnya. Kami membuat rendaman di pagi hari dan meminumnya di sore hari, atau membuat rendaman di sore hari lalu meminumnya di pagi hari.β (H.R. Muslim)
Terus, manfaat apa saja yang terasa setelah minum air rendaman kurma ini?
Yang paling terasa untuk saya adalah pencernaan menjadi nyaman dan lancar. Yup, Guys, kurma itu kandungan seratnya tinggi, lho. Kalau selama ini saya enggak doyan makan langsung dalam bentuk buahnya, salah satu alasannya karena berserat. Nah, dengan direndam beberapa jam, kurmanya jadi lembut. Saat dikonsumsi lumer aja di mulut seperti makan cokelat π
Cuma itu saja? Jangan salah, masih banyak manfaat lainnya.
Dari segi kesehatan, kurma sangat baik untuk menjaga stabilnya energi dan kekuatan daya ingat. Itulah kenapa, para penghafal Alquran dianjurkan mengonsumsi kurma agar hafalannya tetap terjaga. Berkaitan dengan energi, pasti kamu sudah sering mendengar bagaimana kuatnya fisik junjungan kita Rasulullah Saw yang jarang sakit dalam menjalani proses perjuangan dakwahnya.
Selain untuk menjaga energi dan kecerdasan (daya ingat), kurma juga bermanfaat untuk kesehatan jantung dan menjaga stabilnya kadar kolesterol. Kamu yang mulai panik dan takut dengan aneka penyakit zaman now yang diakibatkan oleh kacaunya pola makan dan gaya hidup, yuk, mulai beralih ke pengobatan secara alami ini, salah satunya dengan rutin mengonsumsi kurma.
Manfaat sirup nabidz ini juga pernah dikatakan oleh Abu Abdillah Al Maqdisi, yang hidup pada masa Rasulullah Saw. Jika air dingin dicampur dengan sesuatu yang bisa membuatnya menjadi manis, maka kandungan air tersebut dapat mengantarkan makanan (nutrisi) ke seluruh tubuh, menghangatkannya, menyebarkan panas alami, dan memperbaiki pencernaan. Ternyata, infused water yang dikenal di dunia pengobatan moderen sekarang, aslinya sudah dilakukan sejak zaman Rasulullah dahulu kala. Luar biasa, ya!
Syaikh Ali Al Halabi dan Syaikh Salim Al Hilali juga mengatakan bahwa kurma memiliki banyak keberkahan yang memengaruhi hati dan pikiran. Manfaat ini tidak diketahui kecuali oleh orang-orang yang menjalankan sunah Nabi. Masya Allah.
Puasa tahun ini, Alhamdulillah, kebiasaan berbuka dengan air rendaman kurma ini mulai saya terapkan ke Lubna, my little girl yang sangat kritis dalam merespon sesuatu π Apakah dia mau? Boro-boro heheeehee…. Jangankan minum air kurma, lha wong minum madu aja harus dipaksa-paksa π Kenapa bisa begitu? Iya, Lubna adalah anak yang penciumannya tajam. Seenak apa pun makanan atau vitamin, kalau dia sudah tidak nyaman dengan aromanya, agak susah memintanya untuk mengonsumsi. Dari berbagai macam jenis vitamin, yang berhasil masuk dan masih rutin dikonsumsi sampai sekarang cuma madu. Itu pun pilih-pilih madunya π Makanya, ketika mengenalkan air rendaman kurma ini, saya campur juga dengan madu, sambil disuguhkan pakai sedotan agar minumnya tidak harus membaui aromanya. Sekali minum saat berbuka puasa, dia baru mampu minum setengah gelas kecil aja. Oke, enggak papa, yang penting rutin sudah 3 hari ini dilakukan π
Kalau teman-teman sendiri bagaimana? Masih asyik buka puasa dengan aneka minuman bersantan yang tinggi gula dan lemak? Sebelum diteruskan, ada baiknya kita baca hadis yang diriwayatkan Imam Abu Daud ini,
βBiasanya Rasulullah Saw berbuka puasa dengan ruthab sebelum salat (Magrib). Jika tidak ada ruthab (kurma muda) maka dengan tamr (kurma matang), jika tidak ada tamr maka beliau meneguk beberapa teguk air”. (HR. Abu Daud 2356, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud)
Ternyata Rasulullah Saw selalu berbuka dengan kurma. Kalau enggak ada kurma, beliau minum beberapa teguk air. Jadi kalau ada yang bilang “Berbukalah dengan yang manis”, ternyata yang bilang adalah iklan sirup di televisi, ya π Branding-nya kerennn banget sirup itu, bertahun-tahun tetap menggema. Jadi pengen kenalan sama tim pembuat iklannya π *ehh… out of topic jadinya….
Baiklah, Guys, hidup itu memang pilihan. Pasti kita semua butuh waktu dan proses menuju kepada detoksifikasi diri dan tubuh yang sebenarnya. Yang penting, kamu jangan pernah menyerah menuju perbaikan diri yang sesungguhnya ya, termasuk saya juga. Self reminder banget ini, karena bumi juga bertambah tua dan lapuk, bukan hanya kita aja yang makin menua…. *hiksss :'( Kenapa obrolannya jadi ke sana π
Semoga kita semua Allah karuniakan kondisi fisik dan psikis yang selalu sehat wal’afiat, ya. Lancar dan fokus ibadahnya di bulan ini.
Aamiin Yaa Robb….
