“Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia karena dengan pendidikan, kamu dapat mengubah dunia” –- Nelson Mandela
Blarrrrrrr …!!! Seperti disambar petir rasanya.
Iyaa … nilai ujian Asesmen Standardisasi Pendidikan Daerah (ASPD) anak perempuan tercinta berada di bawah nilai try out beberapa bulan sebelumnya. Ini pengalaman yang saya alami bulan Juni 2022 lalu ketika anak baru saja lulus dari jenjang sekolah dasar di Provinsi DIY.
Yup! Tidak seperti provinsi lainnya, Dinas Pendidikan DIY memang menetapkan adanya ujian ASPD untuk mempertahankan mutu dan kualitas pendidikan di Yogyakarta. Jujur … meski saya tidak terlalu menekan anak karena sudah memahami potensi dan bakatnya, tetap ada sedikit kekhawatiran apabila nilai ujiannya di bawah standar yang diinginkan.
Setelah semua proses mencari SMP untuk anak perempuan selesai, barulah saya mulai bisa berpikir positif lagi.
Ah … kenapa juga saya harus merasa tidak percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki anak? Bukankah saya sudah tahu seperti apa karakter dan potensi yang dimilikinya karena pernah melakukan tes analisis sidik jari?
Kenapa, sih, saya harus FOMO alias fear of missing out? Bukankah sejak PAUD, TK, hingga SD, dia memang selalu menempuh pendidikan di sekolah swasta Islam terpadu? Jadi, kenapa harus takut tidak diterima di sekolah negeri?
Setiap orang tua memiliki kesempatan memilih pendidikan terbaik untuk buah hatinya. Untuk mencapai tujuan ini, akan selalu ada pengorbanan yang kita lakukan sebagai orang tua, bukan? Salah satunya, mengupayakan biaya demi kelancaran pendidikan anak karena kurikulum pendidikan yang menyenangkan merupakan impian setiap peserta didik dan orang tuanya.
Lalu, seperti apa, sih, kurikulum pendidikan yang menyenangkan itu? Apakah kurikulum nasional yang berlaku saat ini sudah merepresentasikan kurikulum pendidikan yang menyenangkan?
Kurikulum yang Digunakan dalam Sistem Pendidikan di Indonesia
Dari berbagai referensi yang saya baca dan pengalaman mendampingi anak di masa sekolahnya, terdapat beberapa penggunaan kurikulum nasional yang berganti-ganti ketika anak saya duduk di bangku sekolah dasar Islam terpadu (SDIT).
Kurikulum KTSP 2006 pernah digunakan, kemudian berganti menjadi Kurikulum Tematik 2013, dan mulai masuk SMP (kelas 7) ini ada kurikulum baru, yaitu Kurikulum Merdeka. Kalau ditanya, mana yang paling berat di antara semua kurikulum yang pernah digunakan? Anak saya akan menjawab, Kurikulum Tematik 2013. 😀
Perbedaan paling krusial antara KTSP 2006 dengan Kurikulum Tematik 2013 terletak pada mata pelajarannya. Pada KTSP 2006, semua mata pelajaran seolah terpisah sendiri-sendiri, sedangkan Kurikulum Tematik 2013 mengelompokkan semua mata pelajaran menjadi satu, sesuai tema tertentu yang hendak dipelajari.
Tidak heran jika dalam satu tema atau topik pembelajaran, ternyata ada bermacam mata pelajaran, dan ini—menurut saya—cukup memusingkan anak-anak karena mereka dituntut beralih mata pelajaran secara cepat.
Terus, apa bedanya antara KTSP 2006 dan Kurikulum Tematik 2013 dengan Kurikulum Merdeka yang baru digaungkan bulan Februari 2022 lalu?
Dilansir dari beberapa sumber, Kurikulum Merdeka ternyata lebih sederhana karena berfokus kepada minat dan bakat masing-masing peserta didik. Diharapkan, murid-murid akan belajar dengan bahagia dan bahagia untuk belajar karena fokus utama bukan lagi kepada nilai semata.
Terobosan baru yang dilakukan dalam Kurikulum Merdeka salah satunya dipicu oleh banyaknya ketertinggalan anak didik akibat pembelajaran daring selama 2 tahun masa pandemi. Dengan hadirnya kurikulum yang lebih sederhana, diharapkan tujuan pendidikan berbasis kompetensi akan tercapai.
Dalam kurikulum ini, setiap guru dibebaskan menggunakan media pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi para peserta didik. Menurut saya, ini dapat menumbuhkan kreativitas untuk masing-masing pendidik, yang selanjutnya dapat ditularkan kepada anak didiknya.
Jika ditelaah lebih jauh, nilai-nilai di dalam Kurikulum Merdeka memiliki banyak kesamaan dengan kurikulum internasional. Proses belajar mengajar menjadi lebih interaktif karena menggunakan pembelajaran berbasis proyek (project based learning), yang berpotensi memunculkan daya pikir kritis peserta didik.
Perbedaan Kurikulum Internasional dengan Kurikulum Nasional
Teman-Teman pernah mendengar tentang kurikulum internasional, ‘kan? Nah … kurikulum ini biasanya digunakan di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi yang memiliki sistem pendidikan internasional, salah satunya Sampoerna University.
Sampoerna University didirikan pada 15 Maret 2013 dan merupakan satu-satunya perguruan tinggi Indonesia yang menerapkan kurikulum sistem pendidikan internasional, khususnya dari Amerika Serikat.
Bekerja sama dengan University of Arizona, Sampoerna University memungkinkan mahasiswanya memiliki dua gelar sekaligus, yaitu gelar sarjana terakreditasi dari Amerika dan gelar sarjana dari Sampoerna University. Keren banget, yaa … enggak perlu jauh-jauh ke Amerika, dong!
Meski demikian, kalau kamu ingin melanjutkan kuliah ke University of Arizona, Sampoerna University juga memiliki program untuk mahasiswa yang ingin melakukan transfer kuliah ke University of Arizona, lo. Syaratnya? Memiliki nilai minimum GPA 2,5.
Pertanyaannya, mengapa harus menggunakan sistem pendidikan internasional dari Amerika Serikat, bukan dari negara lain?
Tahukah, Teman-Teman? Pendidikan internasional Amerika ini merupakan salah satu sistem pendidikan terbaik di dunia. Sebanyak 40 persen dari 200 perguruan tinggi terbaik yang ada di dunia terletak di Amerika Serikat. Selain itu, University of Arizona adalah perguruan tinggi yang berada di peringkat 46 terbaik dunia.
Lalu … apa perbedaan mendasar antara kurikulum internasional dengan kurikum nasional yang kita miliki?
Dalam webinar Bright Future Competition 2023 bertema “Generasi Indonesia yang Mampu Berdaya Saing Global” yang diselenggarakan Sampoerna University tanggal 16 Januari kemarin, Andhika Sudarman sebagai lulusan S-2 dari Harvard University sekaligus Founder dan CEO Deall Jobs menjelaskan, kurikulum internasional lebih mengutamakan proses dan analisis mendalam dari peserta didiknya, bukan sekadar berfokus pada hasil.
Sifatnya lebih interaktif dan aktif karena murid dan mahasiswa tidak hanya diminta menghafal materi pelajaran. Ada yang lebih penting daripada itu, yaitu pembentukan kompetensi individu sesuai minat dan bakat yang mereka miliki.
Hal ini sedikit berbeda dengan Kurikulum Terpadu Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Para peserta didik diharuskan mempelajari semua pelajaran secara merata. Menurut saya, KTSP 2006 seperti memaksa anak untuk menjadi sama rata dan fokus kepada apa yang tidak mereka kuasai.
Bukankah tidak semua murid suka pelajaran Matematika? Demikan pula, anak yang suka Matematika belum tentu menyukai pelajaran Sejarah atau Bahasa.
Kesimpulan
Sistem pendidikan internasional memunculkan daya pikir kritis dan analitis individu yang saat ini sangat dibutuhkan untuk kompetensi bekerja. Apalagi menurut data Bank Dunia, indeks pembangunan sumber daya manusia Indonesia (human capital index) termasuk rendah karena berada di peringkat 130 dari 199 negara di dunia.
Sebenarnya, ini menjadi tanggung jawab kita bersama. Untuk menghasilkan generasi masa depan yang memiliki daya saing global dan kompetensi bekerja mumpuni, dibutuhkan lingkungan pendidikan yang kompetitif dan menghargai kreativitas peserta didik, bukan hanya berlomba mengejar nilai semata.
Baca Juga
Referensi
- guruinovatif.id/@redaksiguruinovatif/kelebihan-dan-kekurangan-kurikulum-merdeka
- guruinovatif.id/@redaksiguruinovatif/kurikulum-merdeka-vs-kurikulum-2013#:~:text=Perbedaan%20mendasar%20antara%20Kurikulum%202013,menambahkan%20pengembangan%20profil%20pelajar%20Pancasila
- ruangguru.com/blog/perbedaan-kurikulum-cambridge-dengan-kurikulum-indonesia
- sampoernaacademy.sch.id/id/apa-perbedaan-sekolah-internasional-di-jakarta-dengan-sekolah-nasional/
- sampoernaacademy.sch.id/id/kurikulum-internasional-yang-ada-pada-sekolah-di-indonesia/
- sampoernauniversity.ac.id/id/beranda/
Saya pernah dapat kurikulum KTSP pas SD dan SMP dan langsung pakai Kurikulum 2013 Tematik waktu SMK. Benar-benar bikin puyeng apalagi banyak banget bahan bacaannya. Kalau saya pasti akan lebih cocok dengan Kurikulum Merdeka karena kurikulum ini memberikan kesempatan untuk belajar sesuai minat bakat bahkan bisa di luar kampus. Kurikulum Merdeka ini mengadaptasi Kurikulum Internasional dari segi cara mendapatkan ilmunya, gak cuma sekadar menghafal tapi memahami dan mempraktikan.
Keren yaa SU sudah punya Kurikulum Internasional
Memang bikin puyeng ya Kak Natih kurikulum Tematik dulu itu, heheheee…
Syukurlah, sudah diubah jadi Kurikulum Merdeka.
kurikulum internasional bisa membantu siswa lebih mengasah kompetensi sesuai minat dan bakat yang mereka miliki. jadi cocok banget diduetkan dengan kurikulum nasonal di Indonesia yang lebih ke pemahaman materi
Iyaa … bener, nih. Jadi saling melengkapi, ya, Mas.
Kurikulum internasional lebih membuat siswa ataupun mahasiswa melakukan eksplorasi terhadap minat dan bakat yang mereka miliki. Belajar di Universitas seperti SU akan membuat mereka semakin dekat dengan cita-cita yg diminati.
Betul, bisa gaul secara global pula karena bahasa Inggrisnya fasih.
sehabis membaca mengenai kurikulum internasional ini, aku berasa perkembangan pembelajaran saat ini udah semakin jauh. Apalagi ditambah dengan mudahnya mencari informasi mengenai pendidikan bikin kita jadi melek ya.
Betul, Mas Deddy…
Pentingnya kurikulum internasional memang untuk masa depan juga. Bisa menyesuaikan jika anak tersebut mau mengembangkan potensi diri secara universal 🙂
Fleksibel ya jadinya.. untuk bekal pendidikan global juga.
Untuk mampu berkompetensi secara global memang nilai saja gak cukup, harus ditunjang hal lainnya. Itulah mengapa kurikulum internasional selalu menjadi pilihan sebagai jalan untuk bisa bersaing di kancah internasional.
Mantap, Mbak Erin.
Memang harus pandai dalam memilih kurikulum dalam mengenyam pendidikan, karena manfaatnya dapat dijadikan bekal untuk masa depan si anak itu sendiri ya dan siap terjun ke dunia kerja.
sekarang emang apa apa harus berbasis kompetensi. Dipekerjaanku yang sekarang aja untuk mendapatkan surat tanda registrasi harus melalui uji kompetensi untuk lolos. Emang harus dari pendidikan dasar sudah diterapkan prinsipnya
Wah, gitu ya, Mas? Makin ketat berarti tingkat persaingan dan kualitasnya.
So relate mba dengan aku yang terseok Seok nemenin belajar anak Dirumah dengan kurikulum 2013. Tapi akhirnya dijalanin juga setelah paham sistem kurikulumnya gimana meski jujur berat banget karena less of theory. Aku berharap lulus SD anakku bisa masuk sekolah sekolah terpadu berkurikulum internasional. Biar anak siap menghadapi dunia kerja nanti. Masih jauh sih, tapi ya disiapkan dari sekarang yaa
Aamiin. Semoga terwujud yaa, Mbakkk…
Aku sekolahnya sd sampe kuliah negeri terus, nggak tahu kurikulim internasioanl itu bemana, tapi kudengar kurikulim internasional emang jauh lebih keren. Tapi harapannya nanti anak-anak bisa lebih bisa dapetin pendidikan yang jauh lebih bagus
Aku belum ada pengalaman mendampingi anak sekolah sih mbak jadi gatau apa bedanya. Tapi kalau kata temenku yang ngelesin anak sekolahan, kurikulum tematik itu emang susah.
Dia aja shock sama materi yang diajarkan. Terlalu berat untuk anak usia segitu.
Pendidikan ini adalah salah satu bekal yang menjado tugas orangtua untuk memandirikan anak dan mempersiapkan masa depan anak. Semoga dengan ikhtiar memilih pendidikan terbaik, anak-anak mampu menghadapi persaingan di era global seperti saat ini.
Aminn sebagai orang tua kita bisa menyiapkan pendidikan yang terbaik untuk anak
kurikulum internasional bagusnya karena siswa dipersiapkan untuk memiliki daya saing global
Kurikulum berbasis internasional memang dibutuhkn di era globalisasi semacam ini ya kak. Karena selain menyerap metode guna meningkatkan kemampuan juga bisa meningkatkan kompetensi bersaing
Ekplorasi dan daya pikir siswa emang mantep jika dikombiasikan sama kurikulum internasional. Masalahnya negara ini siap atau belum ya menerapkan hal tersebut.
PR kita bersama nih ya agar anak itu bisa punya sikap kompetisi apalagi persaingan global sudah tidak bisa dipungkiri lagi, kalau dari sekarang anak gak menghargai proses dan gak mampu menganalisis suatu permasalahan dengan tepat, di masa yang akan datang akan sulit bersaing. Mungkin emang sudah saatnya juga kurikulum internasional itu diperkenalkan ke semua jenjang pendidikan dan menyeluruh di Negara kita ini, kalau gak dari sekarang mau nunggu sampai kapan ya? 🙂
Ah… benerr, Mbak Diah. Ternyata kita memang butuh Kurikulum Internasional, ya..
Betul, Bun..Jangan hanya mengejar nilai akademik saja. Lucunya meskipun sekarang sudah tidak ada peringkat, orang tua tetap dikasih list peringkat2 anaknya di kelas. Saya nggak pernah tanya ketika ambil rapot, malah dapat info dari wali murid lain…hihi. Semoga di Indonesia juga segera menerapkan kurikulum internasional ya, Bun..Jujur sy puyeng mikirin kurikulum ini itu. Ndak paham 🙁
Aamiin…
Ibunya puyeng kan, yaa.. Apalagi anaknya, huhuhuu..
kalau melihat sistem sekolah di amerika atau eropa gitu memang bikin ngiri ya, mbak soalnya murid bisa memilih pelajaran sesuai minatnya. semoga saja deh kurikulum yang baru ini juga bisa lebih meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak indonesia
Aamiin… Harapan kita semua untuk masa depan anak-anak Indonesia.
Jadi teringat masa sekolah menghafal semua mata pelajaran,, hehe
Adanya kurikulum merdeka mudah-mudahan dapat membantu siswa mudah memahami pelajaran. Terlebih kalau dikombinasikan dengan kurikulum internasional bisa jadi landasan untuk mereka bersaing di kancah internasional. Terutama para siswa senang/bahagia selama belajar gak tertekan ya mbak. 🙂
Banyak banget manfaatnya, ya. Moga makin banyak sekolah di indonesia yang menyesuaikan dengan kurikulum internasional
Dari dulu kayaknya Sampoerna ini concern banget soal pendidikan rakyat Indonesia yak. Sempet denger soal program beasiswanya, jadi makin yakin sama kualitasnya Sampoerna University
setujua kak, pendidikan itu jangan mengejar niliai semata, tapi harus juga membentuk siswa agar bisa kreatif dan punya daya saing global ya
Persaingan di dunia kerja semakin tahun semakin ketat ya, Mbak. Makanya harus dipersiapkan sekarang, agar para lulusan nantinya bisa bersaing di dunia kerja secara global. Dan Memang sangat bagus menerapkan kurikulum internasional.
Jujur aku masih nggak mudeng dgn kurikulum indonesia yg sering ganti2 🥲 aku ada adek yg kelas 6sd bentar lg smp dan udah bingung mau masuk ke mana. Karena takut kena lingkungan yg kurang suportif. Nggak kebayang dunia kerja jaman adekku ntar gmn 👀
Iya kak Dea, bikin gamang ya.
Kayak waktu Abangku sekolah kurikulumnya A, pas daku yang sekolah berubah jadi B. Padahal di sekolah yang sama
Mendapatkan dua gelar sekaligus ini luar biasa. Apalagi yang satu dari Universitas Arizona sana yang mana notabene luar negeri punya. Ah keren banget ini pastinya. Sampoerna University jadi yang terdepan ya Dalma kurikulum internasional di negara kita ini
anakku kelas 2 SD, masih belum merasakan nih kurikulum merdeka, apalagi kurikulum internasional.
saat ini baru kelas 1 dan 4 saja yang merasakan kurikulum Merdeka itu.
yaaah semoga sih nantinya kurikulum Internasional jadi kabar baik buat pendidikan Indonesia, biar anak bisa berkompetisi secara global yak.
Kurikulum internasional membawa dampak positif yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan bagi para siswa. Sistem pendidikan berbasis kompetensi akan memastikan bahwa siswa memiliki keterampilan dan kompetensi yang diperlukan untuk bersaing di dunia kerja. Ini sangat penting karena dunia kerja saat ini sangat kompetitif dan membutuhkan individu yang memiliki keterampilan dan kompetensi yang baik.
Dengan adanya kurikulum internasional ini membuka wacana baru bagi orangtua dan anak agar lebih terbuka dengan kebutuhan dunia kerja saat ini. Dengan banyaknya pengalaman serta tenaga pengajar profesional, bersekolah di kurikulum internasional mempu reframing mengenai makna belajar dan kebutuhan manusia akan ilmu.
Perubahan kurikulum ini merespon adanya dunia global beserta tantangannya. Saya mengalami beberapa perubahan ini, biasanya selalu berganti buku ajar yang disarankan. Semoga keberadaan kurikulum yang berkembang di tanah air mendukung tumbuh kembangnya kemampuan generasi bangsa.
Adanya kurikulum internasional diharapkan mampu bersinergi dengan kebutuhan para generasi bangsa, sehingga akan menghasilkan profil lulusan yang selaras dengan perkembangan zaman.
curcol mode on, ngobrolin tentang kurikulum internasional, jujur agak membuat saya FOMO, disatu sisi untuk memaksakan diri agar anak mendapat kesempatan belajar di sekolah dengan kurikulum internasional, masih diluar jangkauan kami. lepas dari itu semua, memang tidak bisa dipungkiri zaman bergerak cepat tentunya agar bisa bersaing memang harus mengikuti perkembangan.. good job Sampoerna University, semoga kurinternas ini segera diadopsi dan dijadikan acuan pendidikan di Indonesia
Begitu cepat pergantian kurikulum yang anak saya sekarang sudah mahasiswi. sehingga hanya tahu kurikulum sekolah terbaru dari teman2 termasuk dari mba Hastin tentang kurikulum internasional ini
kebetulan banget keponakan sedang mencari kampus untuk kuliahnya, dan memang mamanya sedang mencari kampus yang berbasis kurikulum internasional, untuk menyiapkannya masuk dalam dunia nyata setelah lulus kuliah dan siap bersaing secara global
Terimakasih kak infonya,jadi ada penceraham soal kampus beebasis internasional nih,karena aku baru tahu kalau kampus beebasis internasional sekolahnya di Indonesia juga,aku kira macam pertukaran pelajar,harus ke luar negeri
Terimakasih kak infonya,jadi ada penceraham soal kampus beebasis internasional nih,karena aku baru tahu kalau kampus beebasis internasional sekolahnya di Indonesia juga,aku kira macam pertukaran pelajar,harus ke luar negeri
Sama-sama Kak Anisah.