Bagi sebagian orang, tujuan kehidupan yang diinginkan adalah kebahagiaan. Menjadi insan yang bahagia lahir dan batin adalah penyemangat dalam setiap langkah melewati hari demi hari.

Namun sesungguhny,  jika kita renungkan lebih dalam, bahagia tidak seharusnya menjadi tujuan akhir. Apabila bahagia adalah tujuan akhir perjalanan ini, dan hal itu telah tercapai, bukan tidak mungkin kita akan mengalami perasaan stagnan atau berada di zona nyaman. Tak ada impian, tak ada keinginan, tak ada lagi cita-cita.

Mungkin tidak banyak orang yang tahu, sesungguhnya kebahagiaan selalu ada di sekitar kita dan senantiasa mengiringi ke mana pun kita pergi.

Ketika engkau masih bisa makan nasi rames lengkap dengan lauk dan sayur di warteg, sementara ada tukang ojek yang hanya bisa makan mi instan di warung mi, maka itu adalah suatu kebahagiaan.

Ketika engkau pergi bekerja menggunakan angkot, sementara ada seorang bapak tua penjual gorengan yang harus mengayuh sepedanya setiap hari pulang pergi tanpa henti, dengan hasil yang tak seberapa, maka itu juga adalah kebahagiaan.

Sesungguhnya kebahagiaan selalu ada di sekitar kita dengan wujud dan tampilannya masing-masing. Tapi ironisnya, begitu banyak orang yang kurang mensyukuri dan menganggap kebahagiaan harus dicari.

Bersyukur dalam setiap detik perjalanan di muka bumi adalah kebahagiaan yang sesungguhnya. Betapa engkau adalah seorang pembelajar sejati, manakala dalam segala ujian dan rintangan yang menghalangi engkau mampu bersyukur dengan sepenuh hati.

Bersyukur masih diberi umur panjang, bersyukur masih dapat berjalan, bersyukur dengan karunia pendengaran, dan nikmat sehat yang tiada terkira.

Maka nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan?