Pencerahan lewat film?? Ehhmm … sejujurnya, saya bukanlah seorang “film mania”. Saya menonton film selama ini semata-mata karena hiburan dan tidak pernah sama sekali ngotot harus mengejar tiket atau melihat sebuah film tertentu, meskipun mungkin saya ingin melihatnya karena gencarnya promosi film tersebut di media..
Karena bukan film mania, saya termasuk orang yang pilih-pilih kalau diajak melihat suatu tontonan. Cuma segelintir film yang saya suka, semisal Laskar Pelangi, Ayat-Ayat Cinta, Ada Apa dengan Cinta?, Ketika Cinta Bertasbih, dan untuk film luar saya suka Speed, G.I. Jane dan … apalagi yaa? Nggak terlalu banyak kok yang saya suka sebenarnya.
Akan tetapi, sekitar akhir tahun lalu–kalau tidak salah beberapa hari terakhir menjelang awal tahun 2014–upline saya di Oriflame, Mbak Tasniem Fauzia Rais yang adalah anak dari tokoh politik Indonesia H.M. Amien Rais, mengadakan farewell party atau acara perpisahan dengan rekan-rekan jaringan Oriflame-nya sehubungan kepindahannya ke Belanda selama 3 tahun untuk mengikuti suaminya yang sedang melanjutkan pendidikan di sana.
Dalam acara tersebut, nggak lupa diselipkan sesi Nonton Bareng alias nobar film 99 Cahaya di Langit Eropa. Awalnya … saya biasa aja, nggak tertarik (he … he … ) karena belum baca novelnya mungkin ya??
Film 99 Cahaya di Langit Eropa adalah film yang diangkat dari novel pengalaman Hanum Salsabiela Rais (kakak dari Tasniem Fauzia) yang menemukan pencerahan dan jejak peradaban Islam di Eropa selama beliau mengikuti suaminya menempuh pendidikan di Austria.
Awal melihat film tersebut sudah sangat menarik bagi saya yang belum pernah ke luar negeri, apalagi ke Eropa (hahhaha … :D) Dengan latar belakang pemandangan alam dan suasana kota yang nyaman di beberapa negara Eropa, seperti Austria dan Prancis, benar-benar membuat saya merasa sedang berada di sana.
Di balik ituuu semuaa … ternyata masih ada kesan yang tersisa di hati saya. Pulang sambil membawa novel yang sudah ditandatangani Mbak Hanum Salsabiela dan sampai sekarang belum habis saya baca, rasa-rasanya banyaaakk sekali pelajaran yang saya dapat dari film dan novel tersebut.
“Jadilah AGEN MUSLIM yang baik”, itu inti yang saya dapat dari cerita film, dan sebaris kalimat pendek yang ditulis Mbak Hanum bersamaan dengan coretan tanda tangan beliau di novel yang saya punya. Simpel, tidak aneh-aneh, tetapi mengandung banyak makna, dan mulai saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Lhooo … kalau gitu dari dulu belum jadi “Muslim yang Baik” dong?? heheehe ….
Manusia itu kan selalu berubah. Kalau sebelumnya selalu baik, tidak pernah keluar jalur, bisa saja jalan selanjutnya banyak kerikil dan godaan yang sewaktu-waktu akan menjerumuskan. Itulah pentingnya kenapa kita harus selalu belajar, memperbaiki diri dan tentu saja tidak lupa mohon ampun atas segala kekhilafan dan ketidaksempurnaan sebagai manusia.. *stoopp ceramahnya..* wkwkwk …. Lanjuutttt!!
Lewat film 99 Cahaya di Langit Eropa, Hanum sepertinya ingin bercerita bahwa peradaban Islam di Eropa dahulu kala sangat berjaya dan duduk berdampingan dengan peradaban lain yang ada di sana.
Fakta-fakta yang ditampilkan dalam film seolah-olah membuka mata saya –- dan tentunya penonton semua–bahwa semua itu nyata dan apa adanya. Kenapa sekarang terasa begitu jauh antara Islam dengan dunia Barat? Tentunya karena banyak faktor dan banyak oknum yang terlibat.
Dalam film ini seolah-olah penulis ingin mengajak, “Kita bisa kok berdakwah dengan cara yang santun, dengan cara yang manis, tanpa harus mengedepankan kekerasan. Tanpa menomorsatukan peperangan.” Berdakwalah dengan elegan, dengan memahami prinsip-prinsip kemanusiaan dan selalu menjaga Unity in Diversity.
Bukan tidak mungkin ‘kan, dengan modal ilmu pengetahuan dan pemahaman, peradaban Islam di dunia barat yang belakangan mengalami kemunduran dan tidak berkuasa atas teknologi bisa saja berkembang dan mengulang kejayaan seperti yang terjadi di Eropa beberapa abad silam..
“Saat memandang matahari tenggelam di Menara Eiffel Paris, Katedral Mezquita Cordoba, Istana Al-Hambra Granada, atau Hagia Sophia Istanbul, saya bersimpuh. Matahari tenggelam yang saya lihat adalah jelas matahari yang sama, yang juga dilihat oleh orang-orang di benua ini 1000 tahun yang lalu.
Matahari itu menjadi saksi bisu bahwa Islam pernah menjamah Eropa, menyuburkannya dengan menyebar benih-benih ilmu pengetahuan, dan menyianginya dengan kasih saying dan semangat toleransi antarumat beragama….”.