Di tulisan kali ini saya ingin mengakui dengan sejujurnya bahwa sebenarnya saya ini dulunya adalah seorang perempuan yang gaptek dan enggak paham kalau sudah berurusan dengan media sosial 🙂
Lo… memangnya ada apa sih kok mendadak bikin pengakuan jujur begini? kwkwk…
Iya, saya pengennya siapa aja perempuan yang hari ini masih mengaku gaptek, semakin menyadari bahwa kegaptekan itu ternyata bisa dipelajari, sama seperti ketidakbisaan lainnya 😀
Sejak tahun 2013, ketika saya memberanikan diri untuk menekuni bisnis penjualan langsung (direct selling) salah satu produk kosmetika dan perawatan tubuh alami dari Swedia, banyakkkk sekali ilmu yang saya pelajari dari bisnis itu. Yang utama dan hingga kini masih saya gunakan adalah tentang pentingnya personal branding di media sosial.
Yup! Bisnis yang saya jalankan waktu itu 80% kerjanya adalah online. Kerja dari rumah, training-training pun dari rumah. Ini suatu kemudahan untuk para perempuan dan ibu rumah tangga yang tidak bisa terlalu sering meninggalkan rumah karena masih memiliki tanggungan, punya anak bayi atau balita, dan sederet kesibukan lainnya.
Waktu itu modal saya cuma HP. Itu pun belum punya smartphone canggih layar sentuh macam sekarang. Zamannya BBM masih ngehits, tapi sayangnya, saya pun tak punya Blackberry. Tapi itu sama sekali bukan halangan kalau kita punya alasan dan tujuan jelas kenapa dan demi apa kita harus mengerjakan sesuatu. Ye kan?
Laptop pun waktu itu saya enggak punya. Komputer ada, tapi sudah rusak, dan teknisinya sudah nyerah memperbaiki. Katanya, mending beli baru aja, mbak… *wah bikin nangis ini, hikssss
Terus, saya nyerah dan mundurkah? Alhamdulillah, enggak! Gini-gini, meski dari luar terlihat kalem alias kalempit-lempit, saya orangnya ternyata keras kepala, lo. Be careful ya, hati-hati kalau ketemu… hahhaa…
Dulu, saya rajin sekali ke warnet, lo. Hampir setiap pagi setelah anak berangkat sekolah, saya usahakan untuk ke warnet, meskipun hanya sebentar. Mengulang aneka training online yang sudah diberikan, kemudian mempraktikkannya langsung melalui komputer yang ada di warnet. Salah satu training yang saya praktikkan di warnet adalah cara membuat blog.
Tahukah kamu, blog ini adalah blog pertama yang saya buat di warnet selama 6 jam lamanya. Apaaa??!! 6 jam? Hehehee… Niat amat, ya! Sampai keringetan waktu itu karena merasa gagal paham utak-atik sendiri 😀
Makanya saya sungguh tak menyangka, blog ini masih bertahan hingga sekarang dan justru semakin bervariasi isinya. Bahkan di bulan Desember 2018 lalu, saya memberanikan diri membeli hosting dan domain dengan nama sendiri, Hastinpratiwi.com. Ternyata saya yang gaptek ini bisa ngerti juga sedikit demi sedikit dengan urusan yang beginian, yang awalnya enggak terpikir sama sekali.
Sampai sekarang, setiap hati sedang malas atau lelah mengerjakan sesuatu, saya selalu mencoba mengingat masa-masa tak mudah itu. Saat harus bolak-balik ke warnet hanya demi upload foto di media sosial, demi sebuah branding bisnis yang saya jalankan. Itu semua saya jalankan dengan rida, karena punya tujuan yang jelas untuk apa saya menjalankannya.
Nah, kalau sekarang tinggal pencet smartphone di teras, atau tinggal buka lappy sambil selonjoran, alangkah malunya saya ketika masih harus mengeluh. Allah sudah memberikan keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Yah, sekali-sekali lelah dan bosan itu wajar, tak apa. Tapi tak perlulah mengeluh. Syukuri saja… Senyumin aja… Masih banyak orang yang lebih prihatin hidupnya daripada kita.
Ini sebetulnya saya mau nulis apa sih? 😀
Topik utamanya tadi sebenarnya tentang personal branding kan, ya? Tapi kenapa jadi ngalor ngidul enggak karuan, sih. Buruan simak lanjutannya kalau gitu, yuk!
Personal Branding
Hampir semua teman-teman yang saya kenal saat ini menjalankan bisnis online. Mereka punya produk untuk dipasarkan secara online. Jualan baju, tas, produk kecantikan, makanan, kerajinan, ataupun yang bergerak di bidang jasa semacam saya, penulis, influencer/buzzer, motivator, pembuat iklan, illustrator, dan masih banyak lagi. Kita semua memerlukan yang namanya personal branding, yaitu nilai-nilai seperti apa yang ingin kita tampilkan kepada para netizen di dunia maya.
Sepenting itukah? Iyess… begitulah….
Mau enggak mau, suka enggak suka, kalau kamu punya target untuk mencapai hasil tertentu dalam pekerjaan yang kamu jalankan, netizen di dunia maya adalah pangsa pasarmu. Karena mereka adalah pangsa pasarmu, penting untuk memperkenalkan diri kepada mereka “Who are you?” Siapa kamu, dan seperti apa kamu ingin dikenal oleh mereka?
Tukul Arwana, Syahrini, Deddy Corbuzier dan Master Limbad adalah sederet nama artis yang sukses dengan personal branding mereka. Syahrini belum tentu bakal populer seperti sekarang kalau gaya bicaranya enggak dibuat menjadi “manjah syantik” seperti saat ini. Master Limbad pun mungkin sama saja seperti yang lain kalau ciri khasnya diam seribu bahasa tidak ia pertahankan dulu di awal karirnya. Jadi, ada satu nilai penting yang harus kita perhatikan dalam menerapkan personal branding di media sosial, yaitu nilai konsisten.
Apa Saja yang Harus Diperhatikan saat Melakukan Personal Branding?
1. Perhatikan media sosialmu
Media sosial adalah jendela terdepan para netizen melihat keseluruhan dirimu. Kalau kamu sudah memutuskan menggunakan media sosial baik Facebook, Instagram, Twitter, Linkedin, dll sebagai sarana bisnismu atau media untuk mem-branding diri, mulailah dengan memperbaiki terlebih dahulu bagian nama dan biodata.
Tulis nama asli dan profesi atau bidang usaha yang kamu tekuni dengan jelas di bagian biodata ini. Jangan lupa, gunakan kalimat yang baik dan menggambarkan dirimu secara jujur, namun tetap profesional.
Mau dong dikasih contoh.. *kata netizen, hihiiii… Beklah…
Contoh: Di bagian biodata media sosial Facebook, kamu bisa menulis info data diri seperti ini,
“Owner di Renata Boutique Muslimah. Seorang ibu rumah tangga yang suka belajar dan ingin selalu menginspirasi melalui desain pakaian muslim yang simpel, namun elegan..”
Informasinya cukup singkat, kan? Tapi insya Allah dari info itu netizen sudah paham tentang diri kita.
Setelah itu lanjutkan dengan sering membuat status yang positif dan bermanfaat bagi pembaca, sesuai dengan minatmu. Sesekali posting jualan atau bisnismu tak apa, tapi jangan terus-terusan agar netizen enggak bosan. Selingi dengan postingan lainnya. Kalau saya sendiri lebih suka posting tentang tulisan motivasi dan inspirasi, yang sebenarnya juga menjadi pengingat untuk diri sendiri.
2. Kenali karakteristik setiap media sosial
Yang tidak kalah penting kita pelajari adalah tentang karakteristik masing-masing media sosial. Instagram misalnya, cenderung lebih fokus kepada gambar atau video. Caption yang terlalu panjang seperti di Facebook tak terlalu dibutuhkan. Yang dibutuhkan di Instagram adalah tagar sesuai isi atau pesan yang ingin kamu sampaikan dalam setiap postinganmu.
Berbeda lagi dengan Twitter, yang lebih fokus kepada tulisan-tulisan pendek, sekadar menyampaikan sekilas informasi atau curhatan singkat dari pemiliknya. Meskipun, saat ini banyak juga yang menuliskan kisah bersambungnya di Twitter dan menjadi viral, serta dibukukan. Hal ini wajar, karena pengguna Twitter memang didominasi oleh para netizen milenial.
3. Kembangkan networking melalui media sosial
Dunia maya memang memungkinkan siapa pun dan di mana pun mereka berada untuk bersosialisasi dan terhubung tanpa ada batasan jarak dan waktu. Kamu bisa menggunakan momen ini sebagai sarana mengembangkan bisnismu.
Salah satu kuncinya adalah rajin berinteraksi dengan teman-teman di media sosial. Rajin memberi komentar dan nge-like postingan mereka dapat menjadi salah satu cara mengembangkan jaringan di media sosial. Yah, kadang memang lelah sih, tapi ini penting jika kamu ingin mendapatkan interaksi yang sama dari para netizen.
Bergabung dengan banyak komunitas yang sesuai dengan minat kita juga dapat menjadi solusi terbaik mengembangkan relasi ini. Jika kamu tak memiliki cukup waktu untuk stalking status teman di media sosial, saat ini banyak program untuk saling like dan saling komen untuk meningkatkan engagement rate (nilai interaksi antara kita dengan netizen).
Biasanya grup-grup seperti ini banyak di Instagram, termasuk juga komunitas untuk menambah follower. Penambahan jumlah follower ini diperlukan untuk mencari tawaran pekerjaan di beberapa profesi, misalnya jika kamu adalah seorang blogger dan buzzer/influencer, di mana pihak klien membutuhkan interaksi yang banyak antara kita dengan netizen agar produk yang mereka promosikan melalui kita banyak dilihat oleh konsumen.
Bekerja di dunia online itu sepintas memang seperti pengangguran ya? 😀 Terkesan tak ada kerjaan karena bekerjanya nyaris tidak kelihatan. Tapi sebenarnya banyak sekali yang harus kita pelajari dari dunia internet marketing ini. Apalagi yang namanya dunia maya cepat sekali berubah dan mengalami perkembangan. Nah, tinggal kitanya aja nih, sanggup beradaptasi enggak?
Hanya kamu sendirilah yang tahu mana yang terbaik untuk dirimu….
Kuyyy, tetap semangkaaaa!!! 😉
#ODOP #EstrilookCommunity #Day4
Bagiku yang karyawan biasa, nggak punya banyak komunitas atau kegiatan, justru personal branding di sosial media juga penting banget… Kayaknya aku belum konsisten di bagian karakteristik deh… makasih tipsnya tentang karakteristik ini, jadi tahu deh kekuranganku…
Saya pun yang cenderung introvert lebih nyaman kerja via media sosial, nggak terlalu banyak bertemu orang 🙂
nah ini bener banget. secara kerja di ranah online itu gak nampak wujudnya, jadi kudu bangun personal branding biar mendapat kepercayaan
Perjuangannya selama 6 jam di warnet sangat menginspirasi mba, bisa keluar dari zona nyaman dan mendapat hasil yang mantap. Mantap wes!
artikel ini yg saya butuhkan saat iniii hehe~ terima kasih bnyak Kak. semangat berwirausaha 💪 meskipun badan harus kalempit-lempit y kak🤣
Aih keren lah emang ibu sekertaris satu ini. Perlu nih les privat biar tambah joss branding saya hehehe
Bener banget mbak, bekerja online seperti pengangguran. Telrihat tidak menghasilkan padahal deadline dibelakang antri *aamiin. Aku pun masih belajar memperbaiki media sosial untuk branding mbak, ya sapa tahu ya mudah dilirik brand hehe
Hihihiii aamiin Yaa Robb..
Wah terima kasih pencerahnnya mba, saya sedang belajar nih soal personal branding … memang kita juga kudu aktif dan interaktif ya walaupun hanya kenal di dunia maya… 🙏👍
Sama-sama mba Lia 🙂
Personal branding..penting banget ini, jd ketika orang nyebut nama kita orang langsung tahu kita ini apa, bergelut di bidang apa. Harus mulai dimulai dari sekarang nih… Mksh tipsnya..
Betul mbak, karena dunia online membutuhkan kepercayaan ya.
Sama-sama..
Keren nih yang udah berhasil nge-branding dirinya. Saya masih tertatih-tatih, abis suka gagal fokus mau nge-branding diri sebagai apa. Ingin ini, ingin itu banyak sekali…*Doraemon mah kalah
Kwkwkwkwk…. aku jadi Shizuka klo gitu
Mantep mbak, 6 jam pertama ngrblog di depan komputer rental? Wouww … perjuangan banget menaklukan diri sendiri itu.
Siip mbak, moga makin sukses.
Mksh banyak untuk kiat2 brandingnya.
Sama-sama mbak