7+ Cara Penulisan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

bahasa indonesia

Keterampilan berbahasa, terutama bahasa Indonesia, merupakan satu hal yang sangat dibutuhkan saat ini. Apalagi di masa pandemi, ketika hampir semua bidang kehidupan beralih menggunakan internet sebagai alat komunikasi utama.

Situs Literasi Nusantara (14/5/2020) melansir, di antara empat keterampilan berbahasa yang ada, yaitu membaca, menulis, menyimak, dan berbicara, menulis merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan saat ini.

Kamu pasti setuju dengan saya bahwa hampir 24 jam waktu kita dihabiskan setiap harinya untuk membuka internet dan membaca aneka informasi di media sosial. Bahkan, menurut survei dari APJII (Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia), sepanjang tahun 2019 hingga 2020 pengguna internet di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 64,8 persen dari tahun 2018, atau naik sekitar 25,5 juta.

Hampir semua yang kita lihat di internet selalu berhubungan dengan tulisan. Media sosial Facebook, Instagram, Twitter, dan aplikasi lainnya menjadikan tulisan sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Untuk menulis caption atau takarir sederhana di media sosial pun sebenarnya kita membutuhkan keterampilan menulis dengan kalimat sederhana yang mudah dipahami dan dimengerti. Ini artinya, keterampilan menulis sederhana wajib kamu miliki agar teman-teman di dunia maya mengerti apa yang kamu tulis.

Dari kebiasaan menulis di media sosial secara teratur, bukan tidak mungkin kesempatan menjadi seorang profesional di bidang tulis-menulis semakin terbuka lebar, baik sebagai penulis artikel, penulis buku, penulis blog (bloger), wartawan media cetak dan media elektronik, influencer, atau naik ke level yang lebih tinggi lagi, yaitu sebagai seorang editor.

Dari apa yang saya amati dan ilmu yang saya pelajari selama ini, ternyata ada beberapa hal yang sebaiknya kita perhatikan dalam menulis agar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Saya rangkum aja ya secara ringkas menjadi tujuh poin singkat supaya enggak enek bacanya, kwkwkwk. *pusing pala Barbie kalau kebanyakan, eeuyy 😀

Apa saja tujuh cara penulisan yang harus diperhatikan tersebut? Cek di bawah ini, ya!

bahasa indonsia
Sumber gambar: Pexels.com/JessicaLewis

Penulisan Kata Majemuk

Kata majemuk sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai gabungan kata. Salah satu kata majemuk yang akhir-akhir ini banyak sekali mengalami perubahan penulisan adalah kata terima kasih. 🙂 Penulisan terima kasih yang seharusnya dipisah, entah kenapa sekarang malah sering disatukan menjadi terimakasih. Mungkin karena mereka lama berjauhan dan jaga jarak di masa pandemi, ya, jadi ada keinginan untuk mendekat, meski sebenarnya sudah ditakdirkan untuk saling berjauhan. *kwkwkwk …. 😀

Berikut beberapa contoh kata majemuk yang sering mengalami kesalahan dalam penulisan:

Terimakasih (SALAH) => Terima kasih (BENAR)

Orangtua (SALAH) => Orang tua (BENAR)

Olah raga (SALAH) => Olahraga (BENAR)

Seringkali (SALAH) => Sering kali (BENAR)

Ada kalanya (SALAH) => Adakalanya (BENAR)

Penulisan di sebagai Kata Depan dan di– sebagai Awalan

Poin nomor dua ini masih banyak yang mengabaikan. Mungkin karena mereka memang belum paham, ya, bukan karena disengaja. Untuk kamu yang belum tahu, kata di bisa berfungsi sebagai awalan, dan bisa juga berfungsi sebagai kata depan.

1. Di- sebagai awalan

Sebagai sebuah awalan, kata di- harus disambung dengan kata sesudahnya. Biasanya kata sesudahnya ini adalah kata kerja bentuk dasar.

Contoh:

Dikejar => kejar adalah kata kerja.

Dicari => cari adalah kata kerja.

Ditulis => tulis adalah kata kerja bentuk dasar dari menulis.

2. Di sebagai kata depan

Fungsi di sebagai kata depan ini penulisannya harus dipisah dengan kata yang mengikutinya. Biasanya kata yang mengikuti di sebagai kata depan adalah keterangan tempat.

Contoh:

Di sana => sana adalah penunjuk tempat.

Di rumah => rumah adalah tempat (kata benda).

Di luar => luar adalah keterangan tempat.

Untuk teman-teman yang belum terbiasa menulis, mungkin masih bingung dengan poin nomor dua ini, ya. Namun, tak mengapa. Setidaknya kamu sudah mulai belajar bagaimana cara membedakan kedua fungsi kata di ini.

Penulisan Namun dan Tetapi

Untuk poin nomor tiga, jujur deh, awalnya saya juga belum paham. Dulu, saya anggap tak ada bedanya antara penggunaan dua kata ini di dalam suatu kalimat. Faktanya, kata namun hanya boleh digunakan di awal kalimat, dan kata tetapi harus berada di tengah kalimat setelah didahului dengan tanda koma. Setelah mengetahui hal ini, saya jadi lebih berhati-hati saat memakai dua kata ini.

Contoh:

Aku ingin sekali tertawa, tetapi tak bisa.

Berbuat kesalahan itu hal yang wajar, bukan? Namun, bukan berarti kita tak perlu belajar dan hanya mengharapkan pemakluman.

Jelas ‘kan ya, bedanya?

Penulisan Jam dan Pukul

Nah, penulisan kata jam dan pukul ini juga mirip dengan penulisan namun dan tetapi. Terlihat serupa, tetapi tak sama. Faktanya, jam dan pukul digunakan untuk hal yang berbeda.

Jam => digunakan sebagai satuan waktu.

Contoh:

Penerbangan Jakarta-Istanbul memiliki waktu tempuh sekitar 12 jam.

Huh, 1 jam mana cukup? Butuh waktu lama membahas masalah pelik ini!

Pukul => digunakan untuk menyatakan waktu.

Contoh:

Oke, tunggu aku pukul lima sore, ya!

Waktu menunjukkan pukul dua dini hari saat aku terbangun mendengar suara aneh itu.

Kata yang Tidak Boleh Diletakkan di Awal Kalimat

Memangnya ada ya kata khusus yang enggak boleh diletakkan di awal kalimat? Ternyata ada, Milea! Catat ya, ada tujuh kata:

dan, atau, tetapi, serta, padahal, sedangkan, melainkan.

Tujuh kata di atas harus berada di tengah kalimat. Ya … memang enggak gampang sih praktiknya. Pintar-pintarnya kita aja bagaimana caranya supaya tujuh kata itu enggak ada di awal kalimat.

Penulisan Bentuk Terikat

Bentuk terikat itu apa, sih, Esmeralda? Gini lo, Fernando. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), bentuk terikat itu maksudnya unsur bahasa yang harus digabung dengan unsur lain agar menghasilkan makna atau arti yang jelas. Dengan kata lain, bentuk terikat tidak dapat berdiri sendiri dan harus disambung dengan kata setelahnya. Ada beberapa kata yang termasuk dalam bentuk terikat ini.

Contoh:

Antar- => Antarkota, antarprovinsi, antarkabupaten.

Multi- => Multilevel, multitalenta.

Pasca- => Pascasarjana, pascareformasi.

Anti- => Antioksidan, antibodi.

Swa- => Swadaya, swafoto.

Penulisan Kata Ganti Ku- dan Partikel pun

Penulisan ku- dan pun ini juga sering menimbulkan kebingungan. Ada yang menulis terpisah dengan kata sebelum dan setelahnya, dan ada juga yang menuliskan dengan disambung seperti bentuk terikat. Mana yang benar, sih?

Ayo deh, kita belajar bareng!

1. Penulisan ku-

Ku- adalah singkatan dari aku yang merupakan bentuk terikat. Jadi, penulisannya harus disambung dengan kata berikutnya.

Contoh:

Banyak yang ingin kuceritakan padamu.

Ingin rasanya kupecahkan gelas minum itu.

2. Penulisan pun

Penulisan pun ini sedikit unik. Ada yang dipisah dengan kata sebelumnya, ada juga yang harus disambung.

Penulisan pun yang disambung bisa kamu lihat di bawah ini, ya. Ada 12 kata. Kalau perlu, kamu hafalin deh semua. 😀

*Adapun; andaipun; ataupun; bagaimanapun; biarpun; kalaupun. kendatipun; maupun; meskipun; *sekalipun; sungguhpun, walaupun.

Selain dari 12 kata tersebut, penulisan partikel pun harus dipisah dengan kata sebelumnya.

Contoh: Siapa pun, apa pun, aku pun, ke mana pun.

*Pengecualian

Untuk kata *adapun dan *sekalipun bisa dipisah penulisannya kalau makna pun di situ bisa diartikan sebagai juga.

Contoh:

Dia ada pun, aku belum tentu mau menemuinya. (pun di sini bisa diartikan sebagai juga)

Belum pernah sekali pun aku bertemu dengannya.
(pun di sini bisa diartikan sebagai juga)

Nah, tujuh poin cara penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar sudah saya rangkum secara singkat, ya. Gimana, tambah puyeng ‘kan? kwkwkwk

Enggak apa-apa kok, namanya juga belajar. Bukankah keterampilan berbahasa, khususnya menulis, bukan sesuatu yang pasti? Karena ia akan terus berubah menyesuaikan diri dengan kondisi.

Oiya, mumpung saya lagi baik dan semangat nulis, boleh tambah satu poin lagi, ya? Hahahahaaa …. Jadi, ada 7+1 rangkuman hari ini biar saya juga enggak lupa, dong, dan bisa nyontek di sini sewaktu-waktu diperlukan.

Yuk … ini poin terakhir deh, janji! 😀

Penulisan Kata Baku

Teman-teman, kata baku dapat diartikan sebagai kata yang dijadikan sebagai standar atau acuan dalam berbahasa. Untuk bahasa Indonesia, kata baku terbaru dapat dilihat di KBBI daring dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kamu bisa gunakan link ini untuk pengecekan kata baku terbaru, ya => KBBI Daring Kemdikbud.

Beberapa bahasa gaul kekinian sudah banyak, lo, yang masuk dalam kata bahasa Indonesia, seperti kepo, alay, pengin, enggak, lu, gue, baper.

Begitu juga dengan kata serapan asing, seperti gadget, kover, bloger, fesyen, mekap (bahasa Inggris = makeup), reviu, netizen, gim (bahasa Inggris = game), istigfar, dan banyak lagi.

Tentunya, ini semakin memudahkan kita menulis dengan bahasa yang baik dan benar, tanpa harus kehilangan ciri khas alias gaya menulis masing-masing. Pemerhati bahasa Indonesia, Ivan Lanin, pernah menulis dalam bukunya yang berjudul Recehan Bahasa bahwa “Bahasa yang baku tak mesti selalu kaku.”

Teman-teman bloger yang tulisannya banyak dibaca secara terbuka di blog ataupun media sosial bisa banget menjadi perantara pengenalan bahasa Indonesia yang baik dan benar ini kepada netizen, terutama generasi muda kita.

Yup, belajar bahasa memang tak bisa dilakukan sekaligus, seperti juga keterampilan menulis yang membutuhkan latihan berulang-ulang agar menjadi kebiasaan. Ia akan terus berkembang seiring dengan waktu dan banyaknya jam terbang.

Kamu setuju?

Baca Juga

bahasa indonesia

Referensi

kbbi.kemdikbud.go.id

ivanlanin.wordpress.com/2012/02/26/terima-kasih/

ivanlanin.wordpress.com/2020/01/18/namun-tetapi-dan-tapi/

literasinusantara.com/4-keterampilan-berbahasa/

Spread the love

60 thoughts on “7+ Cara Penulisan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar”

  1. Mbak Hastiin
    Terina kasih banyak Mbak sudah menuliskan ini.
    Baca ini berasa ditampar saya Mbak huhuhu.
    Saya harus banyak belajar, meski tentang puebi saya sering lemot n g paham2 tp Mbak Hastin menjelaskannya dengan baik hingga sy mudah memahami.
    Maksih ya Mbak
    Izin mencatatnya biar g lupa ya Mbak

    Reply
  2. Mbak Hastiin
    Terina kasih banyak Mbak sudah menuliskan ini.
    Baca ini berasa ditampar saya Mbak huhuhu.
    Saya harus banyak belajar, meski tentang puebi saya sering lemot n g paham2 tp Mbak Hastin menjelaskannya dengan baik hingga sy mudah memahami.
    Maksih ya Mbak
    Izin mencatatnya biar g lupa ya Mbak

    Reply
  3. Betul sekali ini, kita yang suka nulis di media apapun pada dasarnya adalah duta bahasa Indonesia. Jadi harus belajar terus agar bisa menerapkannya saat menulis dan secara tidak langsung mengedukasi pembaca.
    Terima kasih tulisannya mbak Hastin.

    Reply
  4. makasih banyak mbak atas tulisan ini. jadi lebih berhati-hati lagi dalam menulis, selama ini masih banyak salahnya dalam menuliskan kata tersebut.

    Reply
  5. Biar kita ini orang Indonesia, tapi pas pelajaran Bahasa Indonesia sulitnya minta ampun, lebih baik belajar Matematika hehe

    Sekarang klo nulis kata sulit rujukanya selalu google, kalau misalnya takut salah dalam penulisan kata, di ketik dulu di google.

    Kalau nggak ketiknya pake ms word versi anroid biasanya ada sistem koreksi, jadi kalau ada kata yg salah langsung di koreksi dan di perbaiki.

    Reply
  6. Selain penulisan kata depan, memang 2 kata yaitu namun dan tetapi sering kurang tepat penempatannya. Belum lagi kata “Bukan” yang kerap lupa disandingkan dengan sahabatnya, dimana seharusnya digandeng dengan kata “Melainkan”

    Reply
  7. Karena keseringan disingkat kali ya, jadi banyak yang suka salah dalam penulisan bahasa indonesia yang baik dan benar. Makasih sharingnya ka

    Reply
  8. Setelah membaca postingan ini aku jadi berdosa banget karena masih banyak salahnya. Kayak penulisan terima kasih dan orang tua, aku seringnya disambung.

    Reply
  9. Baiklah Bambang!! Sekarang jadi paham perbedaan antara jam dengan pukul. Antara tetapi dan namun. Mantap nian, dapat wawasan baru lagi nih. Namun (jieeee, langsung diterapkan) pada praktiknya, sering kali lupa ya Santoso….

    Hahahaha

    Reply
  10. Waduh saya baru tahu nih perbedaan kata namun dan tetapi. Ternyata kalau menggunakan kata ‘namun’ penulisannya harus di depan ya. Noted nih. Mengenai yang lainnya juga saya masih banyak salahnya. Masih harus belajar lagi menuliskan kata yang baik dan benar. Btw terima kasih sharingnya Mbak.

    Reply
  11. Ini ulasannya keren sekali, Mbak Hastin.
    Dan semua di atas, selalu saya koreksi saat mengoreksi tugas kelas menulis Kurcaci Pos.
    Misalnya terima kasih dan orang tua banyak menulis terpisah.
    Nah, untuk pengunaan DI, kapan disambung dan kapan dipisah, ini juga masih banyak belum pas, termasuk postingan di blog.
    Sedangkan penggunaan kata jam dan pukul itu, banyak yang belum paham.
    Terima kasih sharingnya.

    Reply
  12. Izin berkomentar mbak.

    Aku pernah baca (tapi lupa dimana), penulisan orangtua itu ada dua macam.

    Orangtua = berarti parents (orang tua kita)
    Orang tua = berarti orang yang usia nya tua.

    Jadi orangtua atau orang tua itu sama-sama benar. Tergantung sususan kalimatnya 🙏

    Reply
  13. Waah ternyata selama ini aku salah karena menulis olah raga pakai spasi. Ternyata harus disambung ya jadi olahraga.
    Belajar lagiiii aaah..makasih mbak artikelnya.

    Reply
  14. Wah banyak sekali nih perbaikan bahasa yang perlu saya ubah mulai sekarang. Terlebih menulis “tetapi” dan “namun” tuh kadang salah tempat, hehe begitu pula poin lainnya juga benar-benar bermanfaat untuk saya yang mulai menggeluti penulisan blog.

    Reply
  15. Wah, nambah pengetahuan lagi nih aku. Ada beberapa yang masih suka keliru. Misalnya jam dan pukul. Aku udah mulai bener sih, tetapi di kampus masih banyak yang menulis jam untuk penanda waktu.

    Reply
  16. Sudah belajar ini sejak SD, tapi kadang masih aja ada yang kelupaan. Karena sering nulis juga, jadi kadang kalau baca flyer atau artikel banyak salahnya lumayan bikin gatel juga pengen koreksi.

    Reply
  17. Hihi saya nih kak yang pernah melakukan 7 kesalahan tersebut.
    Tapi yang sudah ngeh itu sama di dan ke.
    Palingan kata ‘gak’ nih kadang selalu terselip. Pengennya ngerubah menjadi ‘tidak’ tapi kadang suka luka.

    Reply
  18. Makasih sharenya, Mbak. Jadi belajar Bahasa Indonesia yang baik dan benar lagi nih. Saya kadang suka gregetan juga, kalau lihat yang tulisan ada kata ‘di’nya. Harusnya dipisah nulisnya disambung, pun sebaliknya.

    Reply
  19. Waah, ilmu daging ini. Aku pribadi masih payah banget nulis dengan kalimat baku. Artikel kakak nih auto masuk.bookmark aku biar pas lagi nulis bisa nyontek catatan. He He He.
    Makasih banyak ya.

    Reply
  20. Ini salah satu penyakit penulis seperti saya. Entah mengapa sering lupa dengan hal-hal dasar ini. Ia, saya mengakui, bahasa Indonesia itu sulit. Ditambah lagi kata baku yang kadang berubah-ubah, kamus jadi patokan setiap saat. Belum lagi penulisan kata di dan pun yang acap membingungkan. Entahlah, lupa terus yang benar yang mana 🤭

    Reply
  21. Baru sadar nih kalau sering salah nulis kata Orangtua dengan orang tua mba. Saya termasuk yang enggak telaten buka KBBI mba, hehe. Wah sepertinya mulai sekarang kudu rajin memperbaiki tulisan nih

    Reply
  22. Masya Allah, mba. Seriusan deh, aku baca ini berasa kayak dapat reminder dalam penulisan bahasa Indonesia. Terkadang, aku suka bingung dengan kata ulang yang diantaranya tidak perlu mengggunakan tanda strip, masih jadi catatan aku banget nih hahah. Bermanfaat banget nih mba topiknya

    Reply
  23. Walaupun telah banyak membaca artikel serupa, akan tetapi saya sering kali teledor loh. Saking asyiknya menulis artikel, terkadang sampai lupa penulisan kata baku.

    Apa bedanya kata “telah” dan”sudah”??? Ayooo dibahas di artikel dong. Dijabarin panjang kali lebar hehehe…

    Berarti menggunakan kata gaul di atas, sudah boleh dong ya?? Kayak kepo, dan lain sebagainya…

    Reply
    • Ya ampun baru baca komen Mas Hndra, maafkeun 😀

      “Telah” dan “sudah” kalau di KBBI artinya sama sih, menyatakan sesuatu yg sudah terjadi. Saya lebih suka pakai “telah” untuk tulisan formal, dan “sudah” untuk nonformal, Mas.

      Reply

Leave a Reply to Anonymous Cancel reply