Belajar, Cara Healing Terbaik ala Saya

”Engkau berpikir tentang dirimu sebagai seonggok materi semata, padahal di dalam dirimu tersimpan kekuatan tak terbatas”.

(Ali bin Abi Thalib)

cara healing terbaik
Sudah pahamkah cara healing terbaik versimu?

Quote di atas membuat saya merenung kembali … menjelajahi ruang demi ruang dari jejak sang waktu yang terus bergulir. Sungguh, waktu berlari sangat cepat. Bahkan, seperti tak sanggup dicegah.

Masih jelas dalam ingatan, lara dan gelisah akibat pandemi yang serasa enggan untuk berpisah. Jiwa-jiwa yang lelah, seolah mengikis semangat dan motivasi yang mulai membuncah.

Data dari situs Kawal Covid19 melansir, terdapat lebih dari 6 juta kasus Covid-19 di Indonesia sejak pertama kali dikonfirmasi di bulan Maret 2020 sampai tulisan ini dibuat. Meski persentase korban meninggal hanya sekitar 2,5 persen saja atau sekitar 150.000 dari jumlah total kasus yang terkonfirmasi di atas, sepanjang tahun 2020–2021 merupakan masa-masa yang sugguh berat. Begitu banyak korban akibat pandemi yang berasal dari orang-orang terdekat.   

Keluarga, sahabat, dan tetangga, satu per satu pergi meninggalkan kita, tak terkecuali dengan keluarga saya. Pada bulan Juni 2021, hanya selang 7 hari, dua orang keluarga dekat, yaitu Om dan Bulek yang masing-masing tinggal berbeda kota, harus dipanggil terlebih dahulu menghadap-Nya.

Mengapa harus secepat itu orang-orang terdekat dan para sahabat tumbang karena virus kecil bernama Corona? Mungkin, ini pertanyaan yang tak perlu jawaban.

Mungkin … kondisi kita yang terlalu lelah menghadapi pandemi tampaknya berimbas terhadap ketahanan tubuh masing-masing. Kepanikan, kesedihan, kekhawatiran, dan rasa insecure adalah sumber terbaik penyebab menurunnya imunitas.

Sebagai seorang single mom yang tinggal dengan anak semata wayang yang masih ABG dan ibu tercinta yang sudah lanjut usia, saya harus tetap waras dan mampu “memaksa” hati serta pikiran untuk tetap tenang, di bawah bayang-bayang rasa trauma serta aneka hoaks yang tersebar.

Meski sempat demam dan mengalami penurunan nafsu makan di awal hadirnya pandemi, saya berusaha menguatkan diri dengan mengonsumsi aneka vitamin, mengusir beragam pikiran negatif, serta menutup diri dari ingar-bingar media sosial. Hasilnya? Alhamdulillah, Bestie, badan mulai fit kembali.

Berawal dari situ, saya jadi meyakini, pikiran merupakan kunci utama sehat tidaknya diri kita. Yang pernah saya baca, 90 persen penyakit ternyata dipengaruhi oleh kualitas pikiran, sedangkan 10 persennya dipengaruhi oleh makanan. 

Pikiran dan Healing, Apa Hubungannya?

Menghilangkan rasa trauma memang enggak gampang. Saat hati was-was dan semua memori negatif muncul, mana bisa menghadirkan ketenangan hati dan pikiran? Bukankah butuh waktu lama untuk kembali normal dan nyaman lagi?

Nah, ini dia ….

Saya pernah membaca buku berjudul Pikiran Adalah Kunci karya seorang trainer bernama Meuthia Z. Rizki. Beliau menulis bahwa pikiran kita ini bukan seperti tulisan atau file di komputer yang bisa kita hapus atau delete sesuka hati. Yang bisa kita lakukan adalah membuat ingatan tidak menyenangkan itu menjadi netral dan terasa biasa saja.

Memangnya bisa, ya, menetralisir rasa tidak aman dan tidak nyaman hanya dalam waktu singkat?

Sampai di sini, barulah saya sadar, saya butuh yang namanya “healing“. Nanti dulu … jangan buru-buru paranoid dengan kata healing, ya. Menurut Cambridge Dictionary, definisi healing adalah proses menjadi lebih baik lagi, terutama setelah mengalami luka. (The process of becoming well again, especially after a cut or other injury). 

Di situlah saya sadar, saya harus melakukan aktivitas yang padat dan menyenangkan agar pikiran ini tidak melulu tertuju kepada masalah pandemi yang menciutkan nyali. Kamu penasaran enggak, sih, apa saja proses healing yang saya lakukan untuk mengusir kegusaran di dalam pikiran?

Belajar, Cara Healing ala Saya

Mungkin saya berbeda dengan kebanyakan orang yang menganggap proses healing selalu identik dengan banyak melakukan perjalanan atau traveling untuk refreshing. Justru, saya menemukan, kreativitas dan semangat makin menyengat setelah belajar berbagai ilmu dan hal baru yang saya sukai.

Dilansir dari laman Phsycology Today, belajar adalah aktivitas penting yang dapat mengubah struktur dan fungsi otak manusia. Bahkan, kekuatan memori seseorang sangat dipengaruhi oleh sering tidaknya ia menggunakan fungsi otak untuk mengingat-ingat sesuatu. Masya Allah, ya. Ternyata anjuran menuntut ilmu sampai ke liang lahat itu memang benar adanya.    

Nah, berhubung waktu itu sedang masa pandemi sehingga semua aktivitas dilakukan secara daring, saya memutuskan untuk upgrade skill melalui berbagai kelas online. Simak yuk, beberapa kelas yang pernah saya ikuti! Siapa tahu kamu berminat ikutan meski saat ini situasi sudah lebih baik dari sebelumnya.

1. Training Editor

Ada satu hal yang tak henti saya syukuri. Di saat banyak orang lain mengalami masalah PHK karena kondisi di masa pandemi yang sangat tidak kondusif, saya justru dikejar deadline karena harus menyunting puluhan buku cetak maupun buku digital.

Saya hitung, sepanjang tahun 2020, ada lebih dari 60 buku yang harus saya sunting sebagai editor paruh waktu yang bekerja jarak jauh. Iyap, penerbit tempat saya bekerja terletak di Kota Bandung, sementara saya tinggal di Yogyakarta. Jadi, meski masih termasuk golongan emak gaptek *tutup muka, work from home sebenarnya bukan sesuatu yang baru bagi saya.

Sertifikat editor
Makin banyak belajar, kita akan merasa makin tidak tahu apa-apa. Kamu setuju enggak?

Nah ,,, meningkatnya aktivitas menyunting buku ini menjadi salah satu alasan kenapa saya merasa harus meningkatkan kapasitas diri dengan mengikuti pelatihan online dari salah satu lembaga bahasa tepercaya. Alhamdulillah, ada sertifikatnya juga, lo.   

2. Webinar Ikigai

Pernah mendengar tentang ikigai? Untuk kamu yang hobi membaca segala sesuatu mengenai Negeri Matahari Terbit alias Jepang, pasti paham tentang istilah ini. Ikigai adalah filosofi hidup masyarakat Jepang mengenai nilai-nilai kehidupan yang mampu membangkitkan semangat sehingga memotivasi kita untuk bangun setiap pagi.

Melalui konsep ikigai, kamu akan menemukan apa tujuan hidupmu dan hal apa saja yang dicintai sehingga jika ditelusuri, akan ditemukan apa hobi, misi hidup, profesi, dan pekerjaan yang sesuai dengan passion masing-masing. Menarik, bukan?   

Apa itu ikigai?
Sudah menemukan potensi dan kekuatanmu belum, Bestie?

Pertanyaannya, apakah saya berhasil menemukan ikigai setelah mengikuti webinar ini? Insya Allah, sepertinya sudah, sih karena saya jadi lebih bersemangat dan fokus, lo menjalani hidup. 😀

3. Webinar Public Speaking  

Tema kelas online ini sebenarnya cukup membuat saya dilema karena tipikal diri yang introver dan pemalu menjadikan saya kurang suka jika diminta berbicara di depan orang banyak, apalagi menjadi pusat perhatian, hehehe … 😀

Namun, di era seperti ini, yakinnn kamu enggak berani keluar dari zona nyaman? Saya bolak-balik bertanya dalam hati. Ahhh … baiklah, saya akhirnya mantap mengikuti webinar public speaking ini, dengan harapan, “Besok juga bakal kepake, kok! Enggak ada yang sia-sia!” Saya berusaha menyemangati diri.

Hasilnya? Nanti saya ceritakan di bagian bawah postingan ini, ya. Ternyata memang ada manfaatnya, kok.  

4. Kelas Investasi Saham Pemula

Nah … ini bidang yang menurut saya benar-benar baru, Teman-teman. Awalnya, saya ikut kelas saham pemula ini hanya sekadar ingin tahu saja karena benar-benar buta mengenai investasi dan keuangan, terutama investasi saham. Ternyata, beneran ada manfaatnya di kemudian hari karena saya jadi lebih aware dengan berbagai berita ekonomi dan politik saat ini dan mendapat job penulisan artikel yang berhubungan dengan aplikasi saham.

Berarti, enggak ada ilmu yang sia-sia, kan?

Masih ada banyak kelas dan pembelajaran lain yang saya ikuti. Yakinnn aja … investasi leher ke atas itu enggak pernah ada ruginya. Justru, kita akan selalu mendapat insight atau wawasan dari setiap hal yang kita pelajari.

Hasil Belajar di Kelas Online   

Lalu, dari beragam kelas online yang saya ikuti sebagai bentuk healing di masa pandemi tadi, apakah ada manfaatnya? Kalau ada, seperti apa praktik dan output yang dihasilkan? Yuk, simak curhatan ini dikit lagi, ya! Semoga kamu enggak bosan …

1. Menulis Artikel tentang Aplikasi Saham

Seperti yang saya curhatin di atas, siapa sangka, setelah mengikuti kelas saham untuk pemula, saya langsung mendapat pesanan menulis di blog dengan tema investasi saham dan aplikasi sekuritas.

Terbayang, kan, kalau saya tidak pernah ikut kelas saham waktu itu, akan sulit rasanya menulis dan memahami berbagai sumber referensi mengenai cara investasi saham. Jadi, ilmu mengenai investasi saham yang saya pelajari sangat membantu penulisan artikel tersebut.

2. Menyunting Disertasi Menjadi Buku Populer

Begitu pula dengan poin kedua ini. Setelah mengikuti pelatihan editor secara online, saya jadi lebih percaya diri ketika mendapat tugas menyunting disertasi seorang doktor di bidang ilmu hukum untuk dijadikan sebagai buku populer.

Jujur … ini tuh tugas yang cukup bikin nyut-nyutan karena banyak berhubungan dengan istilah-istilah hukum dan harus diubah menjadi tulisan yang familier untuk dibaca. Beruntung, meski belum ahli banget, minimal saya sudah punya ilmunya . Ahamdulillah.

3. Menjadi Asisten Pembicara dalam Pelatihan Narasi Populer Badan Pusat Statistik

Duh … ini juga sama sekali tidak disangka. Saya merasa hampir pingsan waktu diajak oleh seorang CEO penerbit indi di Bandung untuk menjadi asisten beliau sebagai pengajar di Pelatihan Narasi Populer Badan Pusat Statistik Angkatan 1 dan 2.

Beneran, saya sampai enggak bisa tidur karena takut ada yang salah atau sulit memahami penjelasan saya saat mereviu beragam artikel dari para peserta pelatihan secara langsung. Untungnya, pelatihan dilakukan secara daring sehingga saya bisa sedikit bernapas lega.

Kelihatannya sih tenang, padahal … 😀

Lagi-lagi, kelas public speaking yang pernah saya ikuti sebelumnya ternyata sangat bermanfaat untuk tugas ini. Saya jadi paham bagaimana sebaiknya gestur seorang pembicara, intonasi suara yang dikeluarkan, dan bahasa tubuh yang ditampilkan. Yah … walaupun masih banyak mikir-nya juga, sih, tapi setidaknya saya sudah berani mendobrak ketidaknyamanan diri sendiri.

Sekali lagi, tidak ada ilmu dan pembelajaran yang sia-sia, bukan?

Kesimpulan

Teman-teman, masa pandemi bisa jadi menimbulkan trauma berkepanjangan di benak masing-masing orang. Namun, bukan berarti kita melupakan sisi positif dari adanya wabah Covid-19 ini.

Tahukah kamu, apa saja dampak positifnya? Saya rangkum di bawah ini, ya, biar kita tetap semangat dan berpikir lebih positif lagi.

1.      Setiap orang harus siap dengan berbagai perubahan, termasuk perubahan dari serba manual menjadi serba digital dan minim sentuhan.

2.      Masyarakat menjadi lebih perhatian dengan higienitas dan kesehatan, terutama dalam hal mencuci tangan dan menggunakan masker.

3.      Era teknologi internet menjadi kian merata, bahkan sampai ke pelosok-pelosok desa sehingga globalisasi informasi menjadi tak terbendung lagi.

4.      Hybrid work alias bekerja dari mana saja menjadi kian populer, lo, Teman-teman. Siapa pun, bahkan ibu rumah tangga di pelosok desa seperti saya bisa saja menjadi pekerja jarak jauh (remote worker) asal mau terus belajar.

5.      Peluang profesi baru mulai banyak bermunculan, seperti YouTuber, TikToker, kreator konten, influencer, analis data, UI/UX specialist, dan banyak lagi profesi unik lainnya.

Dampak pandemi
“Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat”

Ternyata, pandemi bukan hanya membawa ketakutan dan trauma semata, melainkan membawa ragam kebiasaan dan pola hidup baru yang makin simpel dan sederhana. Potensi setiap individu pun mulai bermunculan.

Bagaimana denganmu? Sudah siap melakukan healing dengan caramu agar pulih, bangkit, dan maju melawan pandemi? Semoga, ya! Semangattt ….

*Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Pembuatan Konten Media Sosial dalam rangka Memperingati HUT RI ke-77 dengan tema Kembali Berkarya : Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika DIY”.

Baca Juga

Referensi:

https://kawalcovid19.id (diakses 13 September 2022)

https://smeru.or.id/id/research-id/studi-dampak-sosial-ekonomi-pandemi-covid-19-di-indonesia (diakses 13 September 2022)

https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/healing (diakses 14 September 2022) 

https://www.psychologytoday.com/intl/blog/memory-medic/202001/how-does-learning-change-the-brain (diakses 14 September 2022) 

Rizki, Meuthia Z. 2019. Pikiran Adalah Kunci: Solusi Hidup Lebih Mudah, Tenang, dan Penuh Keberuntungan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Spread the love

18 thoughts on “Belajar, Cara Healing Terbaik ala Saya”

  1. Keren banget pelatihan dan pencapaian yang sudah diperoleh mbak. Semoga semakin sukses kedepannya Aamin YRA.
    Saya juga merasa salah satu blessing in disguisse pandemi adalah banyaknya akses pelatihan secara daring. Banyak yang gratis juga lho, berbayar pun Alhamdulillah jadi ada waktunya juga Krn ritme hidup lebih banyak di rumah saja

    Reply
  2. Seru banget nih healing versinya kak Hastin. karena healing memang ga melulu tentang jalan2 atau traveling. Belajar banyak hal baru untuk menambah skill juga terbukti menjadi salah satu bentuk healing yg bahkan bisa menghasilkan pemasukan. Semangat kak Hastin! btw saya baru tau ada training editor online, menarik juga tuh

    Reply
  3. Kekuatan berpikir positif emang penting. Lantaran pandemi yang sistem kerjanya WFH saya juga dapat peluang cuan kerja remote dari Ibu Kota. Apapun yang kita pelajari gak ada yang sia-sia. Saya pun pernah bertahun-tahun menulis di bidang ekonomi dan bisnis, makro dan mikro. Saat sudah resign jadi jurnalis, ilmunya masih kepakai. Jadi paham investasi riskan dan gak tergiur tawaran-tawaran di situ.

    Reply
  4. Segala sesuatu yang berlebihan memang nggak baik, kadang saya merasa istirahat panjang itu bagian dari healing. Tapi tetap saya overthinking. Menyeimbangkan atara istirahat dan tetap sibuk sehari-harinya justru membantu menghilangkan pikiran buruk. Semangat terus untuk belajarnya, mbak ^^

    Reply
  5. keren banget, Mba.
    Pandemi bukan alasan untuk kita bermuram durja dan patah harapan yaa, justru sebaliknya, bisa kita manfaatkan untuk melatih skill dan pengetahuan

    Reply
  6. Pikiran kalau tenang, hati ikut tenang, tubuh juga sehat. Sebaliknya, kalau pikiran lagi drama, tubuh pun mengikuti. Sehat itu berawal dari pikiran kita. Setuju banget sih sama statement itu.

    Reply
  7. wah keren, mbak pelatihannya ternyata memberikan manfaat dan efek jangka panjang yaa. saya jujur pengen banget ikutan pelatikan editor dan publik speaking cuma kalau online saya masih keteteran mengikutinya makanya jarang banget ikutan pelatihan online

    Reply
  8. keren banget, sekeren quotenya, healing jadi tak melulu tentang bersenang, ya kak. Tapi juga berdampak menjadi enerji yang positif, salut!

    Reply

Leave a Reply to Annisakih Cancel reply